Penggorengan udara telah menjadi kekuatan yang signifikan di pasar peralatan dapur saat ini. Namun, banyak konsumen tetap bingung tentang perbedaan mendasar antara prinsip kerja mereka dan metode memasak tradisional.
Penggorengan Tradisional: Pemandian Minyak Perpindahan Panas dan Reaksi Maillard
Inti dari penggorengan tradisional bergantung pada minyak sebagai media perpindahan panas. Ketika makanan direndam dalam minyak goreng panas, panas dengan cepat dipindahkan ke permukaan makanan melalui konveksi dan konduksi. Titik didih minyak jauh lebih tinggi dibandingkan air (biasanya di atas 160°C-200°C), sehingga kelembapan pada permukaan makanan dapat menguap dengan cepat. Saat kelembapan menguap, kerak renyah terbentuk di permukaan makanan.
Selama proses ini, dua reaksi kimia utama terjadi secara bersamaan. Yang pertama adalah dehidrasi, di mana suhu tinggi dengan cepat melepaskan kelembaban dari bagian dalam makanan sebagai uap, menyebabkan perubahan dalam struktur internalnya. Yang kedua adalah reaksi Maillard. Reaksi pencoklatan non-enzimatik ini, yang terjadi antara asam amino dan gula pereduksi, memberi makanan yang digoreng warna emas yang menarik dan rasa yang unik. Reaksi Maillard terjadi paling penuh di lingkungan yang kering dan bersuhu tinggi, yang merupakan alasan utama makanan yang digoreng renyah dan lezat.
Namun, menggoreng tradisional juga memiliki kelemahan yang signifikan. Dibutuhkan sejumlah besar minyak, yang tidak hanya meningkatkan kandungan kalori dan lemak makanan tetapi juga menghasilkan asap yang mencemari lingkungan dapur. Selain itu, minyak pada suhu tinggi rentan terhadap oksidasi, sehingga menghasilkan zat berbahaya bagi kesehatan.
Oven Baking: Efek Sinergis dari Radiant dan Convective Heat
Tidak seperti menggoreng, memanggang oven terutama bergantung pada pancaran panas (radiasi) dan konveksi alami (konveksi alami) untuk perpindahan panas. Saat diberi daya, elemen pemanas di dalam oven (biasanya terletak di bagian atas dan bawah) menghasilkan panas dan memancarkan radiasi inframerah. Panas ini, dalam bentuk gelombang elektromagnetik, secara langsung berdampak pada permukaan makanan, menciptakan panas radiasi. Bersamaan dengan itu, udara panas di dalam oven menjadi kurang padat dan naik, sementara udara yang lebih dingin tenggelam, menciptakan sirkulasi udara. Ini adalah konveksi alami.
Dalam oven, makanan dipanaskan relatif lambat dan lembut. Panas secara bertahap menembus dari luar ke dalam, memastikan pemanasan merata di seluruh makanan. Demikian pula, selama proses pemanggangan, reaksi Maillard dan karamelisasi terjadi, memberikan warna coklat keemasan pada makanan dan mengembangkan rasa yang kaya.
Kerugian dari oven konvensional adalah, karena sirkulasi udara internalnya terutama bergantung pada konveksi alami, distribusi panas bisa tidak merata, terutama untuk makanan di dekat elemen pemanas atau di sudut. Oleh karena itu, makanan harus dibalik atau diposisikan ulang secara manual selama penggunaan untuk memastikan pemanasan yang merata. Selain itu, tanpa sirkulasi udara paksa, permukaan makanan mengalami dehidrasi lebih lambat, sehingga teksturnya umumnya kurang renyah dibandingkan makanan yang digoreng.
Penggorengan Udara Mekanik : High-Velocity Forced Convection of Hot Air
Fitur revolusioner dari penggorengan udara mekanis terletak pada teknologi konveksi paksa mereka. Komponen intinya terdiri dari elemen pemanas yang kuat (biasanya tabung pemanas atau koil) dan kipas berkecepatan tinggi. Selama pengoperasian, elemen pemanas dengan cepat memanaskan udara hingga suhu tinggi yang telah ditentukan sebelumnya (biasanya 180°C-220°C), sementara kipas berkecepatan tinggi mensirkulasikan udara panas ini dengan kecepatan sangat tinggi di dalam penggorengan.
Konveksi udara panas berkecepatan tinggi ini merupakan perbedaan mendasar antara penggorengan udara dan dua metode memasak sebelumnya. Dibandingkan dengan konveksi alami dalam oven, konveksi paksa mentransfer panas lebih efisien, mendistribusikan panas lebih cepat dan merata ke setiap sudut makanan. Perpindahan panas yang cepat dan merata ini meniru efek penggorengan tradisional. Udara panas yang kuat dengan cepat menguapkan kelembapan dari permukaan makanan, menciptakan kerak yang renyah. Hal ini memungkinkan reaksi Maillard dan karamelisasi berkembang sepenuhnya, memberikan makanan tekstur renyah dan rasa goreng.
Dibandingkan dengan penggorengan tradisional, penggorengan udara hanya membutuhkan sedikit atau tanpa minyak. Mereka memanfaatkan lemak makanan sendiri atau lapisan tipis minyak pra-aplikasi untuk mencapai efek yang diinginkan, secara signifikan mengurangi asupan lemak. Dibandingkan dengan oven tradisional, penggorengan udara lebih kecil, lebih cepat panas, dan panas lebih efisien. Kipas berkecepatan tinggi memastikan distribusi panas yang merata, sehingga tidak perlu sering mengaduk makanan.